Demi masa, telah ku sambangi
sendi-sendi hutan belantara kehidupan untuk mencari kayu bakar agar dapat di
dijual dan di gunakan. Terkejut, entah dari mana dan bagai mana seketika langit menjadi gelap, malam datang tanpa senja. sekejap aku si pencari kayu bakar sudah berada di stasiun kereta, stasiun kereta yang kadang datang kadang menghilang tak terduga. Stasiun kereta yang menjadi tempat tunggu dan pergi penumpang entah kemana tujunya.
Di stasiun itu kakek sang anak tanah yang
mondar-mandir terlihat resah, kakek yang biasanya bekerja di kantor
pemerintahan itu seakan sudah mengetahui sesuatu di stasiun kereta. sesaat setelah
kereta datang, bayangan gelap berjubah hitam keluar dari pintu masinis. Di stasiun
kereta ia melukai kulit-kulit malam, membuat tangis di pagi; siang dan sore
hari. Entah apa yang ada dipikiran
bayangan, yang ku tahu tetap saja ia mengambil penumpang di stasiun_setiap
waktu tak terduga mendera. Di depannya, kakek sang anak
tanah hanya dapat terdiam bodoh tak tau menau akan arah lagi,Mengingati akan
masa lalu terlewat.
Kakek sang anak tanah seolah
bertanya melalui ratapan dalam :
“Mengapa cepat sekali engkau
datang ?”,
“uang membeli tiket kelas
ekonomi saja aq belum punya”.
“lalu aku akan di tempatkan di
bagian mana ?”
Setelah kakek dan bayangan
pergi, Stasuin keretapun juga lenyap kembali menjadi hutan belantara kehidupan.
Aku si pencari kayu bakar tergamam, seakan tak percaya apa yang telah terlihat
tadinya, tapi itu benar, kakek sang anak tanah, bayangan gelap berjubah hitam,
stasuin kereta dan semua itu akan terjadi pula padaku.
Sejenak beristirahat kulanjutkan mencari kayu bakar, sembari berharap uang hasil kayu bakar cukup dapat
membeli tiket kelas ekonomi sampai pada saatnya kereta dan bayangan menjemput.
Kakek Sang anak Tanah
Reviewed by Agus Brown
on
20.15
Rating:
Tidak ada komentar: